Ular tidak suka menggigit manusia, faktanya kebanyakan gigitan ular yang terjadi karena manusia yang secara sengaja mengganggu atau menyentuh ular tersebut. Ular akan lebih mungkin menggigit manusia apabila mereka terkejut, diprovokasi atau terpojok alias harus melindungi dirinya dengan menggigit. Jika diberikan kesempatan, ular akan segera melarikan dirinya dari sekitar manusia, namun saat melarikan diri bukan sebuah pilihan, ia akan memperingati seorang pengganggu dengan mendesis, melebarkan lehernya dan membuat dirinya terlihat sebesar mungkin. Seseorang seharusnya tidak mencoba memegang atau menangani seekor ular jika dia belum yakin bahwa ular tersebut berbisa atau tidak. Banyak jenis ular sangat berbisa mendiami Indonesia, beberapa yang paling terkenal berasal dari Elapidae (ular kobra dan welang) dan Viperidae (ular beludak). Bisa neurotoksik dari keluarga ular elapidae mempengaruhi saraf. Bisa tersebut menghentikan pengantaran impuls urat ke otot. Efek gigitan ular berbisa neurotoksik termasuk kehilangan kontrol otot, kelopak mata terkulai, hilangnya bentuk otot pada wajah dan paralisis pada diafragma, menghasilkan ketidakmampuan dalam bernafas. Bisa dari keluarga ular viperidae terutama mengandung komponen hematoxin. Bisa ini menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. Efek gigitan dari ular beludak menyebabkan kesakitan ekstrim pada daerah gigitan dan pembengkakan besar, darah tidak dapat membeku dan ginjal gagal berfungsi. Gigitan dari ular-ular yang berasal dari marga Rhabdophis dan Macropisthodon (lihat Natricidae) juga merupakan gigitan yang harus ditanggapi dengan serius karena bisa mereka yang cukup kuat. Penggunaan antivenin harus diberikan hanya oleh dokter yang terkualifikasi, dimana gejala gigitan oleh ular berbisa sudah kelihatan dan terbuksi. Secara ideal, antivenin yang digunakan seharusnya berasal dari spesies ular yang sama dari sumber gigitan, serta dari daerah geografis yang sama juga. Setiap rumah sakit seharusnya memiliki antivenin yang tepat untuk setiap jenis ular berbisa tinggi dan epinefrin untuk mengobati anafilaksis. Beberapa alat pembantu lainnya yang diperlukan saat menangani gigitan ular adalah alat perbantu pernapasan (khususnya pada kasus envenomasi ekstrim). Pencegahan gigitan ular yang terbaik adalah untuk berhati-hati dalam meletakkan kaki atau tangan anda (jangan sembarang meletakkan jari di lubang yang cukup besar untuk ular) dan perhatikan dengan baik saat berjalan di kawasan rawan ular. Ular berbisa tinggi sebaiknya diamati dari jarak yang aman (beberapa meter) khususnya dalam kasus ular kobra (Marga Naja) dimana di Indonesia memiliki 2 jenis yang dapat meludah bisa ke mata seseorang, yang hanya terjadi apabila seseorang datang terlalu dekat atau diprovokasi.
Jika terjadi sebuah gigitan ular, harus diingati beberapa poin berikut :
Selain bahaya dari ular berbisa tinggi, ular yang dapat bertumbuh besar seperti dari Pythonidae (Ular Sanca) dapat memberikan gigitan yang sangat kuat dan menyakitkan, menyebabkan laserasi dan kemungkinan memerlukan jahitan.
Tindakan-tindakan di atas ini bukan merupakan substitusi untuk penanganan gigitan ular oleh rekan profesional.
Referensi :
Das, Indraneil. 2010. A Field Guide to the Reptiles of Southeast Asia
J.Cox, Merel. 2006. A Photographic Guide to Snakes and Other Reptiles of Thailand and Southeast Asia
Jika terjadi sebuah gigitan ular, harus diingati beberapa poin berikut :
- Jika gigitan berasal dari keluarga Elapidae (ular kobra, welang) dan Viperidae (ular beludak) segera membawa pasien ke rumah sakit terdekat.
- Jangan mencoba untuk memotong buka daerah gigitan, atau menghisap keluar bisanya.
- Seseorang yang digigit oleh ular perlu dibuat tenang dan meminimalisir panik, aktivitas internal tubuh yang kencang disebabkan oleh panik dapat mempercepat persebaran bisa di tubuh. Gerakan oleh tubuh juga harus diminimalisir karena gerakan dapat meningkatkan penyerapan bisa secara sistemik.
- Untuk meredakan panik, harus diingat bahwa banyak ular berbisa tidak selalu mengeluarkan bisa saat menggigit, juga diketahui sebagai 'gigitan kering' (dry bite)
- Ingat kembali ular pelaku yang menggigit anda, coba sebaik mungkin untuk menjelaskan deskripsi fisik ular tersebut kepada pengurus di rumah sakit, jika bisa minta bantuan teman untuk mencari gambar ular tersebut sehingga dapat diberikan antivenin yang tepat.
- Jangan mencoba menangkap ular yang menggigit anda untuk kepentingan identifikasi karena dapat membahayakan penangkap atau dirimu.
- Bersihkan daerah gigitan dengan air bersih untuk mencegah terjadinya infeksi.
- Untuk menghambat mengalirnya darah dari gigitan, daerah gigitan dibungkus dengan erat menggunakan perban yang panjang dan elastis (jenis perban untuk pergelangan kaki terkilir) jika perban tersebut tidak tersedia, maka strip kain jenis apapun dapat digunakan dalam situasi emergensi seperti ini. Perban elastis yang ketat menghambati aliran darah tanpa menghentikkan penuh sirkulasi pada tubuh, dimana jika terjadi dapat menyebabkan penghancuran tisu. Jika jari kaki atau jari berubah warna jadi biru, maka perban terlalu erat. Sebuah tanda perban yang diimplementasikan dengan baik adalah anda dapat memasuki satu jari dibawah perban tersebut. Daerah yang diperban bukan hanya pada daerah gigitannya, melainkan juga daerah sekitar atas dan bawahnya. Untuk lebih menghentikkan pergerakan tubuh, dapat dimasukkan sebuah belat pada perbannya. Lepaskan segala cincin, gelang dan jam tangan pada sekitar daerah gigitan.
- Jangan coba menggunakan turniket (perban mengkompresi) pada daerah gigitan ular apabila anda tidak berpengalaman dalam pelaksanaan pertolongan pertama.
- Jika korban mengalami pengganguan pernafasan, maka segera diberikan alat pembantu nafas atau diberikan nafas buatan. Jika korban hampir tidak sadar, buat badannya berbaring ke samping sehingga dapat bernafas dengan lebih mudah. Di rumah sakit biasanya professional terlatih akan menangani dengan solusi paling tepat.
- Jika terkena bisa dari ular kobra peludah (Naja sputatrix, Naja sumatrana) maka secepat mungkin mata dibersihkan dengan air bersih dan dampaknya tidak akan terlalu serius.
Selain bahaya dari ular berbisa tinggi, ular yang dapat bertumbuh besar seperti dari Pythonidae (Ular Sanca) dapat memberikan gigitan yang sangat kuat dan menyakitkan, menyebabkan laserasi dan kemungkinan memerlukan jahitan.
Tindakan-tindakan di atas ini bukan merupakan substitusi untuk penanganan gigitan ular oleh rekan profesional.
Referensi :
Das, Indraneil. 2010. A Field Guide to the Reptiles of Southeast Asia
J.Cox, Merel. 2006. A Photographic Guide to Snakes and Other Reptiles of Thailand and Southeast Asia
No comments:
Post a Comment